Penanaman cinta terhadap Kereta Api (KA) harus kerap dilakukan. Hal ini akan bermanfaat untuk kedepannya. Kereta Api adalah milik Bangsa Indonesia, jadi merupakan kewajiban bersama untuk menjaga dan merawat Kereta api, bukan hanya pegawai atau orang yang berkaitan langsung dengan Kereta Api. Untuk menanamkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap Kereta Api harus intensif dilakukan apalagi untuk generasi muda atau anak-anak supaya mereka lebih mengenal Kereta api sejak dini.
Sekarang, aksi anarkis massa dan vandalisme kerap terjadi di lingkungan kerja Kereta api. Masyarakat mungkin tidak tahu berapa kerugian yang diderita PT KAI (Persero) akibat anarkisme seperti ulah supporter bola yang naik tanpa tiket atau pelemparan kaca-kaca kereta, selain itu pencurian besi rel atau penggunaan tanah aset milik KAI yang tidak legal. Untuk meminimalisir hal tersebut PT KAI (Persero) akan senantiasa melakukan pencegahan salahsatunya dengan melakukan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat sejak usia dini melalui kunjungan siswa untuk mengenal lebih dekat tentang Kereta Api.

EVP Balai Yasa Yogyakarta, John Roberto (tengah, berdiri) menjelaskan mengenai perpindahan wesel pada jalan rel kepada rombongan siswa SMPN 5 Yogyakarta yang mengunjungi Balai Yasa Yogyakarta, Kamis (13/1)
Berkaitan dengan hal tersebut, Daop 6 Yogyakarta intens pula melakukan pendidikan tentang kereta api sejak usia dini. Diantaranya setiap sabtu minggu banyak intansi pendidikan seperti TK, play group atau pun SD wisata menggunakan KA Prameks. Beberapa waktu yang lalu tanggal 13 Januari, siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta melakukan kunjungan ke Balai Yasa Yogyakarta. Dalam kunjunganya tersebut, Siswa mendapat pengenalan mengenai sejarah Balai Yasa Yogyakarta, fungsi Balai Yasa, pengenalan terhadap lokomotif dan melihat lebih dekat kegiatan kerja di Balai Yasa Yogyakarta.
20 siswa yang didampingi oleh Guru-guru pembimbing diterima langsung oleh Executive Vice President (EVP) Balai Yasa Yogyakarta, John Roberto. Dalam kesempatan itu, John Roberto menyampaikan, bahwa seperti pepatah mengatakan Tak Kenal Maka Tak Sayang, itu yang menjadi dasar kunjungan ini. “Jadi bagaimana bisa mencintai dan menyayangi Kereta Api jika mereka tidak mengenal secara langsung dan melihat kegiatan-kegiatan di dalam perkeretaapian. Selama ini mungkin mereka hanya melihat jalannya kereta api di atas rel atau melihat keadaan stasiun tanpa tahu bagaimana mengenai operasional Kereta Api, bagaimana cara merawat kereta api atau bagaimana jika kereta itu rusak. Kesempatan ini merupakan waktu yang pas buat kita untuk mengenalkan kepada anak-anak mengenai kereta api lebih jelas dan nantinya mereka akan peduli dengan kereta api,” ujar John.
Siswa diberitahukan mengenai prosedur-prosdur dalam perawatan lokomotif dan KRD. Disana mereka dapat melihat secara langsung bagaimana cara memperbaiki lokomotif yang rusak, bagaimana cara membubut roda kereta yang besar dan aktivitas perawatan sarana kereta api. Dengan begitu, siswa yang melakukan kunjungan atau mungkin semua orang yang menggunakan jasa kereta api tidak merasa khawatir saat naik kereta api. ‘Bahwa semua yang di operasikan ada SOP nya karena itu menyangkut keselamatan nyawa manusia”, tambah John saat mengantarkan rombongan siswa ke area Balai Yasa.

Siswa SMPN 5 Yogyakarta berfoto bersama dengan para pejabat di Balai Yasa Yogyakarta
John berharap, agar banyak siswa suka dan sayang kepada kereta api. Dan dengan rasa sayang tersebut mereka sebagai pengguna akan membantu merawat dan menjaga Kereta api. Selain itu dapat pula mendorong siswa untuk menjadi pekerja di kereta api yang nantinya bisa memberikan kontribusi dan kreatifitas sehingga kereta api dapat lebih maju. (humaska)
1 comments:
WEW SEP NEH kukira dari sma nya mas kalih hihihih
Post a Comment